Senin, 16 Maret 2015

influence of west culture



THE INFLUENCE OF WEST CULTURE TO THE YOUNG GENERATION
Nowadays, Indonesia is surprised by new sensation of youth’s habits. It can be know from their custom, tradition , language, appearance and their daily lifestyle, the daily lifestyle that they often call it’’ modern trend’’ we don’t know exactly their habits from their own mind or not, but several of them because of the influence of west culture which is coming to Indonesia .
The influence of west culture has almost spread all of Indonesia region not only to the young people who are inclined to the glamour life in the big city but also to the young people who are far from crowded in the village.
Of course we can’t blame their habits change, because commonly the young people just want to express their style by cheating their idol. Event they have to spend much money to do it. Talking about the influence of west culture we can divide to be two sides, the first side is positive effect . it’s related with LANGUAGE .  we have know well that several of Indonesian student study other Indonesia . Such as: Arabic, English, dutch . japan and so on . but recently . they like more using English to be second language in their daily life. It’s good . because we have known well that English is an international language which is used by many people in this world . so it will make easy for them to communicate with other people in the broad. And the second side is negative effect. Ihat’s more dominant  than positive effect maybe everyday we see it on the television . kissing between  man and woman when they meet   each others . the woman wear the custom showming their genitals that make the man desire . free sex . pornography. Porno action and so on
We are as young generation we must able to filter which one the best one and which one worst one from west culture. So that our original culture isn’t lost from our beloved country , don’t cheat  whatever coming from west culture let’s keep our good morality wherever and whenever we are.

Do the best thing end take a adventure and make it happened as long as you can do. But if you get down . you should back up.
You are never imagine when you get a lot thing to do in your life           
Special the biggest what you want it. In your journey everything will be spirit

makalah ghibah



MAKALAH
PEMBAHASAN TENTANG GHIBAH
MATA KULIAH: AKHLAQ TASAWUF
DOSEN: Dra.Syarifah Asmiati, M.Si





DI SUSUN OLEH:
WULANDARI
1141110135
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
 PONTIANAK





KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah,yang telah melimpahkan segala rezeki dan kasih sayang-Nya kepada semua makhluk-Nya di alam semesta ini.Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW dengan segala ikhlasannya karena telah memberikan bimbingan kepada umatnya dan mengarahkan kepada kehidupan yang lurus dan di berkahi allah.
Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak lepas dari perbuatan ghibah, dimana pun dan kapanpun kita berada. Oleh karena itu kita sebagai umat manusia harus saling mengingatkan antar sesama. Karena kita makhluk yang lemah, hanya kepada-Nya kita kembali.





                                                                        Pontianak, 02 Desember 2014








BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Indah dan manisnya dunia atau lezatnya dunia dengan lidah. Pahit dan hancurnya dunia pun karena lidah.
Karena lidah, banyak terjadi perselisihan yang mewabah.
Karena lidah, banyak tercipta suasana kacau, suasana tegang dan gundah.
Karena lidah, banyak timbul permusuhan dan fitnah.
Karena lidah, tak jarang terjadi pertumpahan darah dan karena lidah pula, terjadi perang dan damai.
“ lidah tak bertulang “ itulah sebuah pepatah yang harus kita renungkan untuk mengambil tamstsil dan ibrah. Agar kita tak terjerumus dalam tipu daya lidah yang dapat membawa kita ke dalam kehidupan yang sulit dan susah. Yang dapat menceburkan kita ke lubang fitnah. Maka dari itu, jaga dan kendalikan gerak liar lidah supaya hidup dan kehidupan menjadi bahagia dan indah.
 Lidah harus di bentengi dengan IMAN dan TAQWA. Barangsiapa yang mengumbar lidahnya dan melepaskankan kekang yang mengendalikannya, maka syyeitan akan masuk untuk memanfaatkannya, sehingga terperosoklah pemilik lidah itu ke dalam lubang yang curam dan hina. Iman dan taqwa itulah tali kendalinya. Jangan hanya hiasi lidah kita dengan kepandaian berkata dan bertutur saja. Jangan hiasi lidah dengan kepandaian berkilah dan berargumentasi semata. Jangan pula hiasi lidah ini dengan kepandaian mengelak dan menghindar dari berbagai kesalahan dan dosa. Namun, hiasilah pula lidah dengan sinar iman yang nyata. Hiasi pula ia dengan sinar ketakwaan yang dapat membawa kepada kebahagiaan. Hiasi dia dengan kejujuran, hiasi dia dengan kefasihan melafadzkan kalam dan ayat-ayat-Nya.
Lidah memang dapat membawa kepada bahaya dan fitnah, namun demikian tidak lantas berarti bahwa ia tidak mempunyai nilai guna dan manfaat, semua tergantung bagaimana pemilik lidah itu mempergunakannya. Walaupun ucapan itu berbentuk nasehat, tetapi jika tidak tepat dalam pemakaiannya maka nasehat bisa berbalik menjadi pemusuhan dan bencana. Maka dari itu berhati-hatilah mengeluarkan ucapan dan perkataan. Utamakan lah lidah untuk berdzikir dan berdoa kepada-Nya agar selamat dari kehinaan dan malapetaka.




















BAB 2
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN GHIBAH
Ghibah merupakan bentuk penyelewengan lidah yang sangat berbahaya. Nabi Muhammad SAW menerangkan ta’rif atau defenisi dari ghibah melalui sabdanya :
Artinya :
“ Tahukah kalian  apakah ghibah itu ? “. Para sahabat menjawab : “ Allah dan Rasul-Nya yang lebih tau ! “. Lalu beliau melanjutkan nya : “ Yaitu kamu menceritakan saudaramu tentang hal yang tidak di sukainya “. Seseorang bertanya : “ Bagaimana pendapat tuan jika aku ceritakan itu memang ada pada diri saudaraku yang aku ceritakan itu ? “. Beliau menjawab : “ Bila apa yang kamu ceritakan itu memang ada pada diri saudaramu, maka kamu telah melakukan ghibah terhadapnya. Dan apabila yang kamu ceritakan itu tidak ada pada diri saudaramu, berarti kamu telah mengada-ada tentangnya “. {H. R. Muslim bersumber dari Abu Hurairah }.Lidah tak bertulang (sugiono, 50: 13-15)

Dari hadist ini jelas bahwa yang dimaksud dengan ghibah adalah membicarakan(mempergunjingkan) orang  lain tanpa sepengetahuan nya, tentang sifat atau keadaan yang ada pada dirinya, yang seandainya ia mendengarnya pastilah ia tak menyukainya. Sedang apabila yang diceritakan itu tidak terdapat di dalam diri orang yang di pergunjingkan, maka hal itu disebut mengada-ada, berbuat kebohongan atau berdusta, dan tentu lebih besar dosanya daripada ghibah.
B.     MACAM-MACAM GHIBAH
Ada beberapa macam bentuk-bentuk ghibah, diantaranya adalah :
1.      Ghibah berbentuk pembicaraan tentang keadaan jasad orang lain, dengan mengatakan orang  itu buta, juling, tinggi, pendek, hitam, atau yang lainnya yang tidak disukai bila terdengar oleh orang yang bersangkutan.
2.      Ghibah berbentuk pembicaraan tentang nasab  seseorang dengan menyebut nasab keturunan untuk maksud menghinakan.
3.      Ghibah berbentuk pembicaraan  tentang pekerjaan yang di anggap rendah, dengan mengatakan tukang kayu, tukang cukur, pemulung dan lain sebagainya.
4.      Ghibah berbentuk pembicaraan tentang akhlak dengan mengatakan jelek akhlaknya, seperti menyebut seseorang dengan bakhil, takabbur, penakut, emosional, pemarah, terlalu sensitif, egois dan lain sebagainya.
5.      Ghibah berbentuk pembicaraan tentang akhlak dengan mengatakan jelek akhlaknya, misalnya dengan mengatakan orang lain sebagai pencuri, pendusta, pemabuk, penghianat, zhalim, suka melalaikan sholat atau zakat dan lainnya. Kecuali bila orang itu jelas-jelas melakukan kefasikan secara terbuka dan terang-terangan, tanpa rasa takut kepada Allah.
6.      Ghibah berbentuk pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan urusan dunia, misalnya menyebut seseorang sebagai kurang sopan, suka menghina, banyak berbicara, banyak makan, banyak tidur dan lain sebagainya.
Poin-poin di atas termasuk bentuk-bentuk ghibah. Bila semua itu di bumbui dengan kebohongan dan kedustaan maka itu jelas merupakan kedustaan yang dosanya lebih besar dari ghibah.Musuhmu lidahmu (ahmad hermansyah,60: 25-30)
Termasuk sama hukumnya dengan ghibah adalah mendengarkan orang yang sedang berghibah dengan sikap kagum dan menyetujui atas apa yang dikatakannya, karena inilah yang menambah semangat dan bergairah orang yang berbuat ghibah untuk terus melanjutkan ghibahnya. Dengan demikian, bila si pendengar membenarkan apa yang dikatakan oleh orang yang berbuat ghibah serta ridha dalam hal tersebut, maka ia telah bersekutu dalam hal ghibah, sehingga ia pun mendapatkan dosa  seperti dosanya orang yang berbuat ghibah. Padahal setiap orang berkewajiban untuk mencegah saudaranya dari melakukan perbuatan ghibah. Perhatikan dan renungkan hadist Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad berikut :
Artinya :
Barang siapa mencegah ghibah yang menyinggung kehormatan saudaranya, maka Allah akan membebaskan nya dari api neraka. { H. R. Ahmad }.
Hadist di atas merupakan penjelasan yang gamblang kepada kita betapa mencegah terjadinya perbuatan ghibah adalah merupakan perbuatan terpuji yang dapat menghantarkan pelakunya selamat dari perbuatan terpuji yang dapat menghantarkan pelakunya selamat dari sengatan api neraka. Sebaliknya melakukan perbuatan ghibah adalah merupakan perbuatan tercela yang dapat membawa pelakunya kepada azab dan siksa neraka yang amat pedih dan mengerikan. Demikian beratnya siksaan dari melakukan perbuatan ghibah dikarenakan ghibah itu menimbulkan berbagai dampak dan akibat yang sangat fatal diantaranya adalah :
a.      Timbulnya kebencian terselubung yang di khawatirkan akan berubah menjadi bentuk permusuhan yang nyata.
b.      Timbulnya sifat hasad ( dengki ) yang menggerogoti hati.
c.       Timbulnya sifat hasad dan gairah dalam melakukan dosa dan kemungkaran.
d.      Timbulnya sikap tidak rela akan terpelihara kehormatan seseorang, sehingga timbul sikap selalu ingin menampakan aib orang lain.
Ghibah (purnomo,50: 23-27)
Dari uraian di atas jelas bahwa ghibah merupakan perbuatan yang di larang dalam Islam. Ghibah merupakan penyakit individual dan sosial yang tidak pantas di lakukan oleh seorang muslim. Islam dengan jelas melarang umatnya dari perbuatan ghibah karena dapat mengakibatkan putusnya ukhuwah, rusaknya kasih sayang, timbulnya permusuhan, tersebarnya aib, lahirnya kehinaan dan timbulnya gairah untuk melakukan terus menerus. Agar manusia berhati-hati terhadap ghibah, maka Allah SWT menyamakan orang yang melakukan perbuatan ghibah  sama dengan orang yang memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati. Renungkanlah firman Allah dalam surat al-Hujarat 12 :

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari buruk sangka, karena sebagian dari buruk sangka itu dosa, dan janganlah sebagian dari kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Takutlah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. { Q.S. al-Hujurat 12 }.

Namun demikian, tidak semua ghibah itu dosa dan di larang. Ada beberapa  yang di perbolehkan diantaranya adalah :
v  Orang yang di zhalimi boleh menceritakan kepada hakim tentang kezhaliman saudaranya terhadap dirinya, atau pengkhianatan saudaranya atau juga tentang uang suap yang telah diterimanya.
v  Meminta pertolongan untuk mengubah kemungkaran dengan menceritakan kepada orang yang mampu mengubah kemungkaran itu, agar menjadi kebenaran. Misalnya orang yang melihat seorang pemabuk, lalu dia menceritakan hal itu kepada walinya agar bisa saling tolong menolong dalam ber’amar ma’rif dan nahi mungkar.
v  Bercerita kepada seorang mufti untuk meminta fatwa, misalnya seorang istri yang menceritakan suaminya yang bakhil, sehingga ia mendapatkan penjelasan apakah ia boleh mengambil harta suaminya itu atau tidak.
v  Memperingatkan kaum muslimin dari kejahatan seseorang, apabila dikhawatirkan hal itu akan menimpa mereka. Misalnya seseorang yang mendapatkan seseorang yang lain selalu berbuat fasik, lalu ia menasehati dan mengingatkan orang lain agar tidak bergaul dengan orang ini. Termasuk dalam hal ini adalah memelihara sunnah Nabi SAW dengan menyebutkan kedustaan dan kelemahan para rawi hadist untuk menentukan keshahihan sanad atau hadist.
v  Memanggil dengan panggilan yang sudah di kenal, tanpa bermaksud merendahkan.
Akhlak tercela (basri faisal, 120: 56-60)








DAFTAR PUSTAKA

Sugiono, 1999,lidah tak bertulang, Bandung : Remaja Kordas Raya

Hermansyah ahmad,2001,musuhmu lidahmu, Jakarta : Rabbani Press.

Purnomo,2005,ghibah, Bogor : Pustaka Mulia.

Faisal basri, 1997, akhlak tercela, Surabaya : Bina Ilmu.